House of Glass

Posted by Toempo Doeloe on 10:30 PM
This is the fourth sequel of the Buru quartet. In this sequel Pramoedya described the efforts of the Dutch colonial government to defeat the growing freedom movement in early 20th century in the Netherland East Indies or present day Indonesia. The main character is not Minke anymore but Jacques Pangemanann, a native police officer who was promoted to become a staff of Algemenee Secretarie in Buitenzorg or the present day Bogor. His duty was to observe the social and political situation especially about political activities of native people and then report it.

Once he ordered Robert Suurhof, the chief of De Knijppers gang and his men to terrorize Minke but they were shot by Princess Kasiruta, Minke's third wife. Raad van Justitie then decided that Minke was exiled in Ambon.

Besides Minke he also had to observe and control Syarikat Islam (Association of Islam), Boedi Moelyo and Indische Partij. To discredit Syarikat Islam he designed an anti Chinese riot. He ordered Cor Oosterhof, a chief of gangster. Riot broke in Sukabumi, Gresik, Kuningan, Madiun, Caruban, Weleri, Grobogan. But SI still developed.

The threat to colonial government grew even stronger. Political activism and press activity grew stronger and stronger. After Minke was exiled in Ambon the chief of SI was Tjokro. SI's influence grew stronger in the society. Peroetoesan, SI's newspaper written in Malay language grew rapidly. Indische Partij's newspaper was De Express that was written in Dutch language. Meanwhile the Chinese had Sin Po. All of them were anti colonial government and pro-independence movement. They offered education and modern thought. Indische Partij was anti European and pro Eurasian people. Pangemann's chief was suspicious that someday IP would manage to hold its own administration. Boedi Moelyo established an insurance company, schools and organized social activities. There were also many local native organizations based on ethnic groups, professions, and other background. The emergence of nationalism and political powers in colonial society was serious problem for colonial government. Consequently Pangemanann had to keep Indische Partij, Syarikat Islam and Kuo Min Tang away from each other.

His duties was getting harder so he did not have any chance to get a vacation. Meanwhile his wife who was a Frenchwoman really want to go home to Europe. His work was so hard that finally he fell to alcoholism and prostitution. Eventually he had to sacrifice his family. They left him to Europe.

Meanwhile his chief pushed him to arrest the triumvirate of Indische Partij - Wardi, Douwager and Tjipto. He was assigned to supervise the arrest and find appropriate official argument. His argument was that they were arrested due to their journalistic activities, not for their political activities. They were exiled to the Netherlands.

Then one day Minke was released from his exile in Ambon. He went back to Batavia or present day Jakarta. But the government kept on oppressing him. Before he came his wife was pushed to go home to Ambon. His house and all his asset was taken over. All of his friends also pushed not to receive him. Even when he was sick doctors and hospitals were forced not to treat him properly. Eventually Minke died because he never got appropriate medical treatment when he was sick.

There are many pages dedicated to describe Pangemanann's thought. there was his admiration to Minke, his hesitation to arrest the triumvirate of Indische partij, and his stress of handling his work, and expressions of his resentment to his superior.

Pramoedya had an impressive political and literary thought. He nicely described the dirty and immoral efforts of colonial government to defeat political movement of native peple to get their independence.

Organisasi pergerakan Nasional

Posted by Toempo Doeloe on 7:02 AM
Oleh : Aji , Bagus,Asep
1. Budi Utomo (BU)

Budi Utomo sebagai pelopor Pergerakan Nasional Indonesia memiliki semboyan hendak meningkatkan martabat rakyat. Mas Ngabehi Wahidin Sudiro Husodo, seorang dokter di Yogyakarta dan termasuk golongan priyayi rendahan. Dalam tahun 1906 dan 1907 mulai mengadakan kampanye di kalangn priyayi di pulau Jawa.
Di bawah pimpinan Wahidin Sudirohusodo, diupayakan pengumpulan dana untuk memajukan pendidikan di Indonesia. Untuk merealisasikan tujuan tersebut, didirikan Studie Fond. Studie ini merupakan badan yang bertujuan mengumpulkan dana untuk memberikan
Pada masa pergerakan nasional banyak sekali muncul organisasi-organisasi. Ada yang bersifat politik, agama, ekonomi,budaya, pendidikan, pemuda, dan wanita. Agar Anda lebih memahami organisasi tersebut simaklah dengan seksama teks berikut.
74 Ilmu Pengetahuan Sosial Kelas VIII
kesempatan yang lebih luas kepada bangsa Indonesia dalam memperoleh pendidikan dan pengajaran di sekolah.
Budi Utomo merupakan pelopor organisasi moderen. Organissi ini menjadi model bagi gerakan berikutnya. Walaupun ruang lingkup kegiatan Budi Utomo terbatas pada golongan terpelajar dan wilayahnya meliputi Jawa, Madura dan Bali, akan tetapi Budi Utomo menjadi tonggak awal kebangkitan nasional. Karena itu, oleh Bangsa Indonesia, kelahiran Budi Utomo
2. Sarekat Islam (SI)
SDI didirikan di Kota Solo oleh H. Samanhudi dengan maksud untuk memajukan perdagangan di bawah panji-panji Islam, SDI juga memiliki tujuan seperti yang terumus dalam anggaran dasarnya sebagai berikut,
a. Mengembangkan jiwa berdagang,
b. Memberi bantuan kepada para anggotanya yang mengalami kesukaran,
c. Memajukan pengajaran dan mempercepat naiknya derajat Bangsa Bumi Putra, dan
d. Menggalang persatuan umat Islam khususnya dalam memajukan kehidupan Agama Islam.
Sarekat Islam berkembang dengan pesat karena Agama Islam menjadi motivasinya. Perkembangan Sarekat Islam amat mengkhawatirkan Belanda. Dalam rangka memantapkan keberadaan Sarekat Islam, ada upaya untuk mendapatkan badan hukum dari Pemerintah Kolonial Belanda. Karena itu, Sarekat Islam mengajukan badan hukum. Keinginan tersebut, ternyata ditolak oleh Belanda, yang memperoleh badan hukum justru Sarekat Islam lokal, sehingga terjadi perpecahan diberbagai daerah.

3. Perhimpunan Indonesia
Orang-orang Indonesia yang ada di Negeri Belanda pada tahun 1908, mendirikan organisasi yang diberi nama Indische Vereniging. Pelopor berdirinya organisasi ini adalah Sultan Kasayangan seorang mahasiswa dan Noto Suroto seorang penyair dari Jogjakarta. Tujuan yang dirumuskan oleh organisasi ini adalah memajukan kepentingan bersama atas orang-orang yang berasal dari Indonesia, baik yang pribumi maupun nonpribumi, yang ada di Negeri Belanda. Dalam perkembangannya, Indische Vereniging, pada tahun 1925, digantinamanya menjadi Perhimpunan Indonesia, dan sejak itu nama perkumpulan ini menggunakan istilah “Indonesia”. Hal ini menjadi penting karena mulai digunakan kata Indonesia sebagai upaya menunjukkan identitas kita.
Perhimpunan Indonesia banyak mengikuti pertemuan internasional, seperti konferensi internasional yang diadakan di Paris dan Belgia, sehingga mereka dapat mengomunikasikan perjuangan Bangsa Indonesia kepada dunia internasional. Perjuangannya bersifat non-cooperasi dan self help. PI memiliki media, yaitu majalah Hindia Putra. Melalui media ini perjuangan dan cita-cita Bangsa Indonesia disampaikan kepada pihak lain. Untuk lebih menunjukkan sifat ke-Indonesiaannya, nama Hindia Putra diganti menjadi Indonesia Merdeka. Keberadaan PI dalam sejarah Pergerakan Nasional memiliki arti penting mengingat organisasi itu juga membuka keanggotaannya untuk semua mahasiswa yang ada di Hindia Belanda.
4. Indische Partij (IP)
Indische Partai didirikan pada tanggal 2 Desember 1912 sebagai organisasi politik didirikan oleh Tjipto Mangunkusumo, Suwardi Surjaningrat, dan seorang keturunan Belanda yaitu E.F.E. Douwes Dekker.
Pendirian Indische Partij juga dimaksudkan untuk menggantikan Indische Bond yang merupakan organisasi orang-orang Indo dan Eropa di Indonesia. Tujuan yang ingin dicapai oleh Indische Partij adalah membangun patriotisme sesama “Indiers” terhadap tanah air yang memberi lapangan hidup kepada mereka. Tujuannya adalah bekerja sama atas dasar persamaan ketatanegaraan dalam memajukan tanah air.
Dengan semboyan Indie voor Indiers yang artinya Indonesia untuk Bangsa Indonesia, organisasi itu berusaha membangkitkan semangat cinta tanah air walaupun tanpa badan hukum. Karena gerakannya yang radikal, organisasi itu dianggap berbahaya. Akibatnya, para pemimpinnya mendapatkan kesulitan dalam melakukan aktivitas organisasi. Lebih-lebih setelah terjadi polemik Suwardi Surjaningrat dengan pemerintah Belanda dalam artikelnya “Als ik een Nederlanders was” yang dimuat dalam de’Express. Polemik itu terjadi setelah tulisaannya itu diterjemahkan dalam bahasa Melayu/Indonesia. Akibatnya para pemimpinnya ditangkap dan diasingkan ke negeri Belanda.
6. Partai Nasional Indonesi (PNI)
Partai Nasional Indonesia (PNI) lahir di Bandung pada tanggal 4 Juli 1927. Kelahiran PNI tidak terlepas dari peranan Algemeen Studie Club, yaitu suatu kelompok studi para mahasiswa di Bandung. Rapat pendirian PNI, dihadiri oleh Ir. Soekarno, dr. Tjipto Mangunkusumo, Sudjadi, Mr. Iskaq Tjokrohadisurjo, Mr. Budiarto dan Mr. Soenarjo. Pada rapat pendirian tersebut, terbentuklah susunan pengurus yang disahkan dalam kongres PNI pertama di Surabaya tanggal 27 sampai 30 Mei 1928
7. Permufakatan Perhimpunan Perhimpunan Politik Kebangsaan Indonesia (PPPKI)
Pendirian PPPKI atas usul PNI bersama-sama Sarekat Islam, BU, Pasundan, Sumatransche Bond, Kaum Betawi, Indonesische Studie Club, dan Algmeen Studie Club. Kesepakatan itu terjadi dalam rapat tanggal 17 sampai 18 Desember 1927. Tujuan yang ingin dicapai dari federasi ini adalah kesatuan aksi dalam menghadapi imperialisme Belanda.Sebagai suatu federasi dari gerakan kebangsaan PPPKI, mampu mengordinasikan gerakan yang ada, baik yang radikal maupun yang maderat
8. Gabungan Politik Indonesia (GAPI)
Di dalam anggaran dasarnya, GAPI mencantumkan hak untuk menentukan sendiri, persatuan nasional, dan persatuan aksi seluruh pergerakan Indonesia. Semboyan yang dikumandangkan dalam konferensi pertamanya tanggal 4 Juli 1939 adalah Indonesia berparlemen. GAPI mengeluarkan pernyataan yang dikenal dengan nama Manifesto GAPI yang isinya menyerukan kepada semua pihak untuk waspada terhadap bahaya fisis. Untuk pertama kalinya, GAPI dipimpin oleh M.H. Husni Tamrin, Amir Syarifuddin, dan Abikusno Tjokrosujono.
9. Partai Indonesia Raya (Parindra
Adanya tekanan terhadap organisasi politik non cooperative oleh pemerintah kolonial Belanda, menyebabkan Studie Club mulai memfungsikan dirinya dalam membina kader-kader bangsa. Karena itulah, Indonesische Studie Club Surabaya yang dipimpin oleh dr. Sutomo mulai mengembangkan pengaruhnya di kalangan masyarakat. Diubahlah Indonesische Studie Club menjadi Persatuan Bangsa Indonesia (PBI) pada tahun 1931. PBI merupakan salah satu cikal bakal dari Parindra.